Foto, Prof. Yudhie Haryono, Ph.D (foto istimewa).
Kwik bukan sekadar pengkritik sistem. Ia adalah penunjuk jalan. Di saat banyak pejabat memilih diam atau bermain aman, Kwik berdiri tegak, menyuarakan kegelisahan rakyat terhadap sistem ekonomi-politik yang timpang. Kritiknya terhadap Orde Baru menjadi catatan penting dalam sejarah reformasi Indonesia.
Membangun dengan Akal Sehat dan Hati Nurani
Sejak awal, Kwik menolak pembangunan yang hanya menguntungkan segelintir elite. Ia menegaskan bahwa pembangunan nasional harus berangkat dari akal sehat, berpijak pada Pancasila, dan berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Dalam pandangannya, pembangunan bukan semata soal angka pertumbuhan, melainkan soal keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan.
Pendidikan menjadi pilar penting dalam pikirannya. Ia mengusulkan perombakan sistem pendidikan agar lebih membumi, membentuk manusia merdeka yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bermoral dan berintegritas. Pendidikan, menurutnya, adalah investasi jangka panjang yang menentukan arah ekonomi bangsa.
Melawan Oligarki dan Menjaga Kedaulatan Rupiah
Kwik juga dikenal keras dalam menolak dominasi konglomerat dan oligarki ekonomi yang menggurita pasca reformasi. Ia menyebut fenomena itu sebagai bentuk baru kolonialisme, di mana segelintir orang menguasai hajat hidup orang banyak. Menurutnya, ketika oligarki merajalela, maka cita-cita kemerdekaan menjadi ilusi.
Ia juga menyoroti depresiasi rupiah yang terus terjadi dari masa ke masa. Kwik percaya, melemahnya mata uang Indonesia bukan hanya persoalan pasar, tapi juga akibat intervensi global dan lemahnya pertahanan ekonomi nasional. Ia mengingatkan, tanpa kedaulatan moneter, Indonesia hanya akan menjadi buruh di tanah sendiri.
Jejak yang Tak Tergantikan
Meski berulang kali berada di luar lingkaran kekuasaan, Kwik sempat menjabat sebagai Menko Ekuin dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional. Ia menjalani semua tugas negara dengan jujur dan tanpa kompromi terhadap prinsip. Bahkan setelah tak lagi menjabat, suaranya tetap nyaring di tengah kegaduhan politik ekonomi nasional.
Salah satu peninggalan nyatanya adalah pendirian Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII), yang kini dikenal sebagai Kwik Kian Gie School of Business. Institusi ini menjadi simbol komitmen Kwik terhadap pentingnya pendidikan ekonomi yang beretika dan berkeadaban.
Menjaga Api Perjuangan
Kepergian Kwik Kian Gie bukan hanya kehilangan seorang tokoh. Ini adalah kehilangan suara nurani yang tulus mencintai bangsa. Namun, perjuangan belum selesai. Warisan pemikirannya adalah obor yang harus terus dinyalakan, agar Indonesia tak tenggelam dalam arus liberalisasi yang melupakan akar dan jati diri bangsa.
Selamat jalan, Pak Kwik. Negeri ini akan selalu mengenangmu sebagai patriot sejati, pemikir merdeka, dan pelayan rakyat.
Oleh , Prof. Yudhie Haryono, Ph.D, CEO Nusantara Centre
Diterbitkan oleh KalbarPos.com (Ya' Syahdan).