Berbeda dari biasanya, panen kali ini dilakukan lebih awal sebelum jagung mencapai kematangan penuh. Keputusan panen dini diambil sebagai langkah strategis untuk menghindari kerusakan akibat serangan hama, khususnya monyet liar yang kerap merusak tanaman jagung di wilayah tersebut.
“Demi menghindari kerugian yang lebih besar, hasil panen kami putuskan dijual sebagai jagung muda atau baby corn,” ujar salah satu perwakilan kelompok tani. Saat ini, harga jual jagung muda di pasaran berkisar Rp 7.000 per kilogram.
Turut hadir dalam kegiatan ini Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Desa Rabak, Mustofa; Bintara Penggerak Ketahanan Pangan Desa Rabak, Aipda Sucipto; serta pemilik lahan, Sdri. Tono. Lima warga sekitar juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan panen tersebut.
Bintara Penggerak Ketahanan Pangan, Aipda Sucipto, menyampaikan apresiasinya terhadap semangat para petani dalam menghadapi tantangan. “Langkah ini menunjukkan ketanggapan dan adaptasi cepat petani di lapangan. Kami sangat mendukung segala bentuk usaha petani untuk menjaga ketahanan pangan,” ungkapnya.
Ia menambahkan, pihaknya akan terus memberikan pendampingan, termasuk dalam pengendalian hama dan optimalisasi hasil pertanian. “Kami hadir untuk mendukung dari sisi edukasi, pengamanan, dan kerja sama antar instansi agar pertanian di wilayah ini makin maju dan tidak terganggu oleh hama liar,” lanjutnya.
Senada dengan hal tersebut, PPL Desa Rabak, Mustofa, juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. “Kegiatan ini adalah bukti nyata bahwa kerja sama antara petani, penyuluh, dan aparat bisa menghasilkan langkah yang tepat dan memberikan nilai ekonomi,” katanya.
Panen ini tidak hanya menjadi solusi jangka pendek atas ancaman hama, tetapi juga menjadi motivasi bagi para petani untuk terus meningkatkan produktivitas dan ketahanan pertanian di Desa Rabak.
Rilis Polsek Sengah Tenila .
Diterbitkan oleh KalbarPos.com (Ya' Syahdan).